Preview
Preview
Preview
Preview

Short Message Servise (sms

I Gede Wahyu Simbrana,Bali

2022, Oil On Canvas

120 x 150 cm

Realism

Pada karya ini terdapat beberapa figur diantaranya adalah figur manusia, figur angsa dan figur anjing, serta simbol-simbol seperti tengkorak, belati, dan mutiara. Sesosok figur manusia wanita dan pria adalah gambaran tentang Bhairawa hari ini yang dimana di jelaskan dari berbagai sumber literatur dan interpretasi bahwa Bhairawa ini adalah simbol penyatuan dalam ajaran cinta kasih, disini pencipta berusaha mewujudkan sebuah makna dari Bhairawa kedalam visual dengan sosok yang kekar dan besar seperti orang-orang Eropa, yang dimana bagi pencipta adalah sosok raksasa yang nyata layaknya simbolisasi Bhairawa yang serba meraksasa itu, namun perumpamaan yang meraksasa itu tidak hanya pengungkapan yang jelek dan buruk itu adalah daya ungkap untuk menghilangkan ketakutan pada diri manusia yang di visualkan dengan sosok yang seram dan menakutkan, namun demikian disini saya memakai visual figur manusia bukan tanpa alasan, yang dimana merupakan sebagai simbolisasi penyatuan antara purusa dan pertiwi yang melahirkan kemahakuaaan, dengan akal manusia yang memberikan tapsir sebagai alat untuk menjaga tindakannya agar tidak dipakai sewenang-wenangnya, figur wanita dan laki-laki adalah sebuah simbol cinta kasih yang di ajarkan dalam ajaran Bhairawa ini. Selanjutnya memakai gagasan dari isme caravagis sebagai suatu ungkap pencipta dalam menanggapi sebuah cerita sejarah ataupun kepercayaan dengan bahasa ungkap melalui visual figur manusia, wacana itu kemudian yang mengilhami pencipta melakukan pembacaan terhadap Bhairawa dengan menginterpretasi rupa Bhairawa kedalam bentuk manusia biasa yang bisa kita tawarkan hari ini. Seekor anjing berada dibawah. Anjing bisa dikatakan sebagai wahana dari Sang Hyang Bhaerawa. Artinya, Subha-Asubhakarma muncul dari tindakan dan selama masih dalam siklus itu, dualitas masih akan tetap dialami sehingga membuat kita menderita. Akan tetapi Subha-Asubhakarma hendaknya dilampaui dan dijadikan tungggangan kehidupan. Karenanya, dualitas tidak lagi memunculkan penderitaan, tidak pula kesenangan, tetapi dirasakan sama dalam harmoni yang tidak mengusik kesadaran untuk terombang-ambing sehingga semuanya lebur dalam keakuan Sang Hyang Bhaerawa sebagai yang maha segalanya. Tengkorak kepala manusia yang di pegang dan di tikam oleh belati merupakan simbol penaklukan atas kematian atau rasa takut akan kematian. Tengkorak manusia juga bisa di tanfsirkan sebagai simbol Ahangkara yang menjadi sumber keakuan, perdebatan, keberpihakan, dan penilaian, yang hendaknya ditaklukan dan ditundukan, agar sebagai pemujanya kita menemukan hakikat ke-Bhaerawa-an yang sesungguhnya. Dan terakhir ada angsa ialah simbol kesetian yang dimana di ajaran Bhairawa ini di nyatakan sosok pemuja Bhairawa adalah sosok yang setia dimana di nyatakan dalam sebuah bukunya ida pedanda celagi yaitu sifat nasionalisme penganut bhaerawa, yang berani mempertaruhkan segalanya termasuk tulang, darah, daging, dan nyawanya demi membela kepentingan ibu pertiwi.

IDR 21,000,000

Other artwork

I Gede Wahyu Simbrana

You Might Also Like